INTRODUCTIONI'm living in Sydney. I love the beach. I'm an ailurophile, that's a cat-lover.
My Feeling:
I love listening to Andy Lau's songs: I Miss You Ai Ni Yi Wan Nian
|
Please Leave your comment in: ARCHIVESAwal AgustusAkhir Agustus FRIEND'S BLOGG
Akasa LINKS Indochinese Dalnetmonyet.org SMILEY SOURCES BLOGG TEMPLATE
|
|||
~~~~~ Kanata Kara ~~~~~ |
||||
A Fact of Life a fact of life. Kenyataan tentang etnis yang berbeda2 seharusnya diajarkan ke anak2 sedari kecil sebagai fakta kehidupan. Fakta bahwa kita hidup berdampingan dengan etnis yang berbeda-beda. Fakta bahwa kita tidak hidup sendirian di muka bumi ini. Fakta bahwa tidak ada halangan untuk terbuka , bersahabat dan saling mengasihi satu sama lain.
By: Lilia Date: Monday, September 08, 2003
Etnis dan Racist Australia dulunya tidak seramai sekarang ini, dari uncle aku, aku tahu kalau 20 tahun yang lalu Australia sangat membutuhkan tenaga kerja.
Uncle bercerita bahwa dulu dia waktu jalan2 di daerah pabrik sampai ditarik2 masuk dan diiming2i bonus supaya mau kerja di pabrik tersebut.
Karena uncle waktu itu sudah kerja, maka dia menolak tawaran itu dan peristiwa ini terjadi berkali2. Dari seorang nenek Australia yang
rumahnya sempat jadi tempat kost aku, ceritanya di jaman dia masih kecil pintu2 di Australia jarang dikunci. Orang2 waktu itu saling percaya,
tetangga bisa ke rumah sebelah minta gula atau tepung, bahkan ketika penghuninya pergi mereka tidak mengunci rumah tapi mempercayakan ke
tetangga2. Rumah2 tua yang pernah aku tinggali tidak mempunyai kunci di masing2 kamar, bahkan ada kamar mandi yang tidak berkunci.
Itu cerita2 jaman dulu. Sekarang ini orang2 bertambah banyak dan daerah tinggal semakin padat. Orang2 bersaing merebut pekerjaan.
Pengangguran dan orang2 yang tidak mempunyai rumah mulai nampak dan bertambah. Kriminalitas meningkat.
Ini adalah efek dari kota kecil yang sepi yang berubah status menjadi kota metropolitan yang padat penduduk. Soal racis di Australia aku pernah mengalami waktu aku sedang memfoto-kopi buku di tempat fotokopi. Waktu itu aku dan flatmate-ku asyik bicara dalam bahasa Indo soal teman kita yang menelpon malam sebelumnya. Persis di sebelahku ada wanita Australia umur 40-an yang kelihatannya kesal dengan mesin fotokopinya karena berkali2 macet. Berulang2 dia menghantam tombol2 fotokopi dan berteriak kesal. Mungkin karena orang2 sekitarnya tidak peduli dengannya dia mendekati aku dan bicara pertamanya soal mesin fotokopinya. Ketika dia tanya aku darimana dan aku jawab Indonesia. Mulailah dia berkata2 kasar dan memeletkan lidahnya lalu meninggalkan kita. Aku dan flatmateku sempat heran, tapi kemudian kita melupakannya dan kembali ke topik teman tersebut dan tertawa2 soal hal2 lucu yang diceritakan teman kita itu. Wanita itu kemudian mendekati kami lagi dan mengatai2 lagi. Lagi2 aku acuhkan dan kemudian aku bilang ke temanku, kalau2 si wanita GR ngerasa diomongi gitu jadi balik marah2 lagi. Flatmate-ku bilang sejauh kita ngga melakukan yang dia tuduh ngapain kita ngerasa disalahkan? Kupikir2 benar juga. Lagipula kita sudah sopan mengajak dia bicara pada awalnya soal kritik dia tentang mesin fotokopi, tiba2 saja dia mengarah ke hal yang racis. Orang Australia sendiri bila bepergian ke luar negeri mereka tetap menggunakan bahasa mereka dan senang bila ada orang setempat yang bisa berbahasa Inggris. Di luar mereka tidak dikritik pedas untuk berbahasa setempat walaupun mereka bekerja di negara tersebut. Kenapa masalah kita menggunakan mother language dan perbedaan etnis dikritik oleh beberapa orang Australia yang racis? Letaknya ada di perasaan mereka, masalah dan rasa jengkel yang tidak ada pelampiasannya. Mereka mencari2 salah dengan menimpakan ke orang lain rather than mengatasi suatu masalah. Mereka merasa disaingi daripada berusaha memperbaiki kualitas mereka sendiri. Mereka merasa imigran merampas sumber daya Australia daripada berpikir sumbangan2 yang diberikan para imigran dengan menyediakan lapangan kerja dan menghidupkan daerah2 yang tadinya sepi dan tidak menguntungkan. Mereka merasa terganggu mendengar bahasa yang tidak mereka mengerti daripada belajar bahasa itu. Mereka merasa harga diri dan budaya mereka lebih tinggi daripada mencoba mengenal para imigran untuk hidup rukun dan damai berdampingan. They should be growth up and realised that they are living on Earth that consists of many ethnics, nations and languages. They should realised that nobody able to live alone by building a barrier. Mereka seharusnya sadar bahwa setiap orang saling memerlukan. Perlu dipikirkan sekali lagi yang dapat dikatakan racis cuma sebagian kecil. Banyak orang2 Australia yang ramah, penolong dan sopan. So, let's look at the bright side. Let's build the place where we live now. Let's give everyone smiles and positive impacts. Jangan menghakimi etnis, agama atau suatu bangsa hanya dengan memandang sebagian orang yang berkelakuan buruk. Seperti yang selalu aunty aku selalu katakan "It's depend to the person's personality", tergantung pada sifat orang tersebut. Seseorang bisa menipu, bukan berarti etnis yang sama dengan orang tersebut semua penipu. Orang bisa racis bukan berarti bangsa yang sama dengan orang tersebut adalah racis semua. Tiap orang berbeda, tiap orang unik, dan tiap orang adalah ciptaan dari Tuhan. Tiap orang punya hati nurani dan pikiran, itulah yang membedakan kita dari hewan-hewan yang diciptakan Tuhan. Manusia diciptakan untuk mengolah dan memenuhi Bumi. Let's fill the Earth with God's Love, Grace and Mercy. Let's love everyone regardless their etnis, languange, and skin. Let's celebrate our unique and difference in culture, ethnic, nation, language and skin colour with respect to each others. Let's make the world a better place not only for ourselves but FOR EVERYONE.
By: Lilia Date: Friday, September 05, 2003
|
||||
"If you judge people, you have no time to love them" -Mother Theresa |