Weblog Commenting by HaloScan.com    Site Meter

INTRODUCTION

 My name is Lilia.
 I'm living in Sydney.
 I love the beach.
 I'm an ailurophile,  that's a cat-lover.

 My Feeling:


 I love listening to
 Andy Lau's songs:

 I Miss You

 Ai Ni Yi Wan Nian
  (Cinta Kau Seribu
 Tahun)

 

 

Please Leave your
 comment in:

My Guestbook

ARCHIVES

Awal Agustus
Akhir Agustus

FRIEND'S BLOGG

Akasa
Alaya
Arb3i
Ika
Ipone
Leny
Lia
MeLaNi
Ningsih
Nis

LINKS

Indochinese Dalnet
monyet.org

SMILEY SOURCES

Marie's Smiley
My Smilies
Smylis

BLOGG TEMPLATE

Blogskins

 

 

 

~~~~~ Kanata Kara ~~~~~

A Fact of Life
Koran Saturday newspaper yang barusan gue baca lagi2 membahas soal race atau etnis. Ada satu kalimat yang mengena:

From an early age, schoolchildren should be taught to accept the variety of races for what they are -
a fact of life.


Kenyataan tentang etnis yang berbeda2 seharusnya diajarkan ke anak2 sedari kecil sebagai fakta kehidupan. Fakta bahwa kita hidup berdampingan dengan etnis yang berbeda-beda. Fakta bahwa kita tidak hidup sendirian di muka bumi ini. Fakta bahwa tidak ada halangan untuk terbuka , bersahabat dan saling mengasihi satu sama lain.

By: Lilia     Date: Monday, September 08, 2003

Etnis dan Racist
Sebenarnya ini soal yang ga habis-habisnya dibahas terus. Ceritanya aku membaca blogg teman soal ini dan besoknya kebetulan dipinjami majalah sama sepupu gua. Salah satu isi majalah itu tentang "Racism in Australia: The Ugly Truth" . Diceritakan bahwa ada sepasang pelajar Asia yang lagi ngomong2 di tram dengan bahasa mereka, tiba2 diteriaki oleh wanita Australia yang umurnya sekitar 30-an. Wanita itu membentak dan mengatakan pelajar itu harusnya mempunyai rasa respek karena mereka tinggal di Australia dan mereka harus bicara dengan bahasa Inggris. Dia menuduh pasangan pelajar Asia tersebut berusaha mengambil alih Australia. Wanita lain yang keturunan Australia-Tibet yang berada di dekat wanita Australia tersebut diludahi dan dikatain sebagai sampah di atas bumi. Kasus2 racis lain di Australia meliputi coret2an graffiti yang berbau racis, batu bata yang dilempar ke jendela kaca, pembakaran tempat ibadat, dan penusukan ke orang2. Sekitar 109 complaints soal racis yang dilaporkan tahun lalu berasal dari non-english speaking background.
Di majalah tersebut dilaporkan bahwa ada 88,900 orang migrasi ke Australia dari July 2001 sampai June 2002. Mereka berprofesi sebagai orang2 professional, dagang atau mereka yang kerja di managemen dan administrasi. Lebih dari 75% berbahasa Inggris tingkat tinggi. Di buku Reader Digest tahun 1998 yang pernah aku baca dikatakan bahwa para migrant ini menyumbangkan banyak hal ke Australia, mereka meningkatkan ekonomi Australia, pekerja keras, berani membuka toko di tempat dimana perekonomian masih sepi, dan ikut serta mengisi daerah2 Australia yang masih sepi. Juga diceritakan bahwa para imigran di Austalia ini kebanyakan terdiri dari orang2 Eropa 60%, orang Asia 20% dan sisanya orang dari negara2 lain. Sebagian besar imigran adalah orang Eropa, tentu saja tidak mungkin benar tuduhan bahwa orang Asia berusaha mengambil alih Australia.

Australia dulunya tidak seramai sekarang ini, dari uncle aku, aku tahu kalau 20 tahun yang lalu Australia sangat membutuhkan tenaga kerja. Uncle bercerita bahwa dulu dia waktu jalan2 di daerah pabrik sampai ditarik2 masuk dan diiming2i bonus supaya mau kerja di pabrik tersebut. Karena uncle waktu itu sudah kerja, maka dia menolak tawaran itu dan peristiwa ini terjadi berkali2. Dari seorang nenek Australia yang rumahnya sempat jadi tempat kost aku, ceritanya di jaman dia masih kecil pintu2 di Australia jarang dikunci. Orang2 waktu itu saling percaya, tetangga bisa ke rumah sebelah minta gula atau tepung, bahkan ketika penghuninya pergi mereka tidak mengunci rumah tapi mempercayakan ke tetangga2. Rumah2 tua yang pernah aku tinggali tidak mempunyai kunci di masing2 kamar, bahkan ada kamar mandi yang tidak berkunci. Itu cerita2 jaman dulu. Sekarang ini orang2 bertambah banyak dan daerah tinggal semakin padat. Orang2 bersaing merebut pekerjaan. Pengangguran dan orang2 yang tidak mempunyai rumah mulai nampak dan bertambah. Kriminalitas meningkat. Ini adalah efek dari kota kecil yang sepi yang berubah status menjadi kota metropolitan yang padat penduduk.
Sekali lagi ini dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk bukan karena hadirnya etnis tertentu. Karena pertumbuhan penduduk di Australia menurun dan rata2 pasangan di Australia mempunyai anak rata2 1.5 saja, maka pemerintah Australia menerima kedatangan para imigran dan masih menerima kedatangan para imigran. Ini dikarenakan mereka melihat meningkatnya ekonomi, lapangan pekerjaan dan kemajuan daerah2.

Soal racis di Australia aku pernah mengalami waktu aku sedang memfoto-kopi buku di tempat fotokopi. Waktu itu aku dan flatmate-ku asyik bicara dalam bahasa Indo soal teman kita yang menelpon malam sebelumnya. Persis di sebelahku ada wanita Australia umur 40-an yang kelihatannya kesal dengan mesin fotokopinya karena berkali2 macet. Berulang2 dia menghantam tombol2 fotokopi dan berteriak kesal. Mungkin karena orang2 sekitarnya tidak peduli dengannya dia mendekati aku dan bicara pertamanya soal mesin fotokopinya. Ketika dia tanya aku darimana dan aku jawab Indonesia. Mulailah dia berkata2 kasar dan memeletkan lidahnya lalu meninggalkan kita. Aku dan flatmateku sempat heran, tapi kemudian kita melupakannya dan kembali ke topik teman tersebut dan tertawa2 soal hal2 lucu yang diceritakan teman kita itu. Wanita itu kemudian mendekati kami lagi dan mengatai2 lagi. Lagi2 aku acuhkan dan kemudian aku bilang ke temanku, kalau2 si wanita GR ngerasa diomongi gitu jadi balik marah2 lagi. Flatmate-ku bilang sejauh kita ngga melakukan yang dia tuduh ngapain kita ngerasa disalahkan? Kupikir2 benar juga. Lagipula kita sudah sopan mengajak dia bicara pada awalnya soal kritik dia tentang mesin fotokopi, tiba2 saja dia mengarah ke hal yang racis.

Orang Australia sendiri bila bepergian ke luar negeri mereka tetap menggunakan bahasa mereka dan senang bila ada orang setempat yang bisa berbahasa Inggris. Di luar mereka tidak dikritik pedas untuk berbahasa setempat walaupun mereka bekerja di negara tersebut. Kenapa masalah kita menggunakan mother language dan perbedaan etnis dikritik oleh beberapa orang Australia yang racis? Letaknya ada di perasaan mereka, masalah dan rasa jengkel yang tidak ada pelampiasannya. Mereka mencari2 salah dengan menimpakan ke orang lain rather than mengatasi suatu masalah. Mereka merasa disaingi daripada berusaha memperbaiki kualitas mereka sendiri. Mereka merasa imigran merampas sumber daya Australia daripada berpikir sumbangan2 yang diberikan para imigran dengan menyediakan lapangan kerja dan menghidupkan daerah2 yang tadinya sepi dan tidak menguntungkan. Mereka merasa terganggu mendengar bahasa yang tidak mereka mengerti daripada belajar bahasa itu. Mereka merasa harga diri dan budaya mereka lebih tinggi daripada mencoba mengenal para imigran untuk hidup rukun dan damai berdampingan. They should be growth up and realised that they are living on Earth that consists of many ethnics, nations and languages. They should realised that nobody able to live alone by building a barrier. Mereka seharusnya sadar bahwa setiap orang saling memerlukan.

Perlu dipikirkan sekali lagi yang dapat dikatakan racis cuma sebagian kecil. Banyak orang2 Australia yang ramah, penolong dan sopan. So, let's look at the bright side. Let's build the place where we live now. Let's give everyone smiles and positive impacts. Jangan menghakimi etnis, agama atau suatu bangsa hanya dengan memandang sebagian orang yang berkelakuan buruk. Seperti yang selalu aunty aku selalu katakan "It's depend to the person's personality", tergantung pada sifat orang tersebut. Seseorang bisa menipu, bukan berarti etnis yang sama dengan orang tersebut semua penipu. Orang bisa racis bukan berarti bangsa yang sama dengan orang tersebut adalah racis semua. Tiap orang berbeda, tiap orang unik, dan tiap orang adalah ciptaan dari Tuhan. Tiap orang punya hati nurani dan pikiran, itulah yang membedakan kita dari hewan-hewan yang diciptakan Tuhan. Manusia diciptakan untuk mengolah dan memenuhi Bumi. Let's fill the Earth with God's Love, Grace and Mercy. Let's love everyone regardless their etnis, languange, and skin. Let's celebrate our unique and difference in culture, ethnic, nation, language and skin colour with respect to each others. Let's make the world a better place not only for ourselves but FOR EVERYONE.

By: Lilia     Date: Friday, September 05, 2003

"If you judge people, you have no time to love them" -Mother Theresa